Chat with us, powered by LiveChat
 

KOMISI V SEGERA PANGGIL KEMENHUB DAN LION AIR TERKAIT RENCANA BAGASI BERBAYAR



Komisi V DPR RI segera memanggil pihak Kementerian Perhubungan, serta manajemen maskapai penerbangan Lion Air dan Wings Air terkait pencabutan bagasi cuma-cuma yang menurut rencana mulai diberlakukan pada Selasa (8/1).

“Kami segera memanggil pihak dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kemenhub serta manajemen dua maskapai itu terkait persoalan yang menimbulkan keresahan publik dalam beberapa hari terakhir,” kata Ketua Komisi V DPR RI Fary Djemi Francis kepada wartawan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (7/1).

Hal ini disampaikan saat ditanyai terkait polemik penghapusan atau pencabutan bagasi cuma-cuma 20 kilogram oleh dua maskapai penerbangan Lion Air dan Wings Air.

Dalam rapat dengan agenda dengar pendapat itu pihaknya akan mencari alasan terkait pencabutan bagasi cuma-cuma itu.

Terkait Polemik itu Komisi V DPR RI meminta operator maskapai penerbangan nasional senantiasa melaksanakan seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketika ada perubahan prosedur operasional.

“Setiap maskapai penerbangan harus menaati peraturan perundang-undangan. Artinya bahwa perubahan peraturan harus sampaikan ke pihak Kemenhub,” ujar dia, dikutip Antara.

Komisi V DPR RI juga meminta operator maskapai penerbangan nasional dalam hal pengaturan bagasi berbayar bagi maskapai dengan pelayanan standar minimum (no frill) untuk meyosialisasikan pengaturan tersebut kepada seluruh konsumen dan masyarakat agar tidak terjadi miskomunikasi.

Di samping itu pihaknya juga meminta agar operator maskapai penerbangan nasional senantiasa melaksanakan dan meningkatkan standar keselamatan dan keamanan penerbangan serta melakukan peningkatan pengawasan terhadap bagasi yang sebelumnya gratis menjadi berbayar.

“Jangan sampai pencabutan itu tidak dibarengi dengan peningkatan standar keselamatan serta keamanan bagasi,” ujar dia.

Sementara itu Markus, pengguna jasa angkutan udara saat ditemui di Bandara El Tari, mengaku keberatan dengan rencan pencabutan itu.

“Ini sosialiasinya sudah minim, terus tiba-tiba dengan bahwa akan ada penghapusan. Inikan tidak masuk akal,” ujar dia.

Ia meniai bahwa apa yang dilakukan oleh Lion air dan Wings Air tak sebanding dengan pelayananan yang diterima oleh konsumen.

Salah satunya adalah masalah keterlambatan keberangkatan pesawat milik maskapai penerbangan itu yang selama ini terus terjadi.

ANAK ANAK PEKERJA ONDEL ONDEL DI JAKARTA


Belakangan, arak-arakan ondel-ondel yang melibatkan anak-anak marak di Jakarta. Saban hari, mereka bisa ditemui di sejumlah jalan dan gang-gang di antara permukiman warga, mengumpulkan rupiah dari saweran orang-orang yang menonton.

Kondisi ini bertolak belakang dengan apa yang harusnya anak-anak dapatkan: pendidikan demi masa depan yang lebih baik.

"Tak hanya pada saat-saat menjelang tahun baru 2019, permainan ondel-ondel ini banyak kita temui dalam keseharian. 

Dalam satu grup permainan ondel-ondel terdapat 6-8 anak-anak yang menjadi anggota," kata Susianah Affandy, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kamis (3/1/2019).

Di hari yang sama, saya berkunjung ke markas Sanggar Aqila Betawi (SAB) di Jalan Lewa, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sanggar ini bisa dibilang “dapurnya” pekerja ondel-ondel.

Saya disambut Bowo (27). Ia semacam koordinator lapangan di SAB. Tugasnya mengerahkan para pekerja untuk mendandani ondel-ondel pada setiap pertunjukan.

Markas SAB tak terlihat seperti ruang kerja pada umumnya. Cat biru tosca yang mewarnai dinding ruangan itu mulai terkelupas, dan daun pintunya sudah agak reyot.

"Ini rumah kakak saya, Bang Tommy, yang mendirikan sanggar ini," kata Bowo, membuka percakapan.

Ondel-ondel di sanggar ini tidak hanya tampil saat ada permintaan yang sifatnya hanya sesekali. Secara rutin, ondel-ondel juga mengamen dengan arak-arakan ke jalan-jalan, lengkap dengan gerobak dan alat musik.

Pekerja ondel-ondel yang dibimbing Bowo ada 30 orang, mulai dari anak kecil hingga yang berusia kepala tiga. 

Setiap hari, sanggar ini bisa mengerahkan delapan ondel-ondel sekaligus yang disebar ke rute yang berbeda.

Sanggar ini juga menyediakan satu rumah kontrakan khusus untuk para pekerja ondel-ondel.

“Kontrakannya ada di sana [menunjuk ke arah belakang kantor]. Anak-anak lagi pada di situ,” kata Bowo.

Bowo lantas mengajak saya bertemu dengan para pekerjanya. Kontrakan itu tak jauh dari rumah Tommy, kakak Bowo. Di dalam, ada dua kamar yang ukurannya sama besar, masing-masing 2x2 meter persegi. 

Di kamar yang satu, ada empat anak yang baru bangun tidur. Sedangkan di kamar lainnya, ada empat remaja yang sedang tidur.

Kedua kamar bebas dari perabotan kecuali dispenser dan galonnya yang tinggal setengah terisi. Baju-baju bergeletakan di lantai dan hanya sebagian tercantol di dinding.

Saya kemudian berbincang dengan Farel (11), salah satu anak pekerja ondel-ondel. Ia putus sekolah sejak kelas 2 SD. Waktu itu tahun 2016.

"Ngarak aja tiap hari. Enggak sempat [sekolah lagi], malu. Kalau ngelanjutin mulainya dari kelas tiga [SD]. Seharusnya umuran saya, kan, kelas empat,” ujarnya sambil menyulut rokok di bibirnya.

Farel terlahir di keluarga miskin. Sejak 2014, ia tinggal bersama kakeknya di Ciracas, Jakarta Timur. Ini karena bapaknya tak mau mengurusnya setelah ibunya meninggal. Sementara kakeknya, bekerja sebagai pengantar makanan dari toko ke toko hingga larut malam.

"Pas mau kenaikan kelas tiga, udah mulai kabur-kaburan terus. Tiap mau ke sekolah, malah ke sanggar ondel-ondel. Enggak ketahuan awalnya. Tapi kemudian ada yang ngasih tahu,” tutur Farel menceritakan awal mula ia ikut arak-arakan ondel-ondel jalanan.

Bermodalkan kemauan menghabiskan waktu delapan jam sehari, Farel mengaku bisa menghasilkan pendapatan yang lumayan. Di SAB, dalam sehari dia dan kawan-kawannya bisa mengantongi Rp70 ribu hingga Rp100 ribu. 

Itu merupakan keuntungan bersih. Rata-rata dalam sehari, uang sawer yang terkumpul untuk satu ondel-ondel yang turun ke jalan, bisa mencapai Rp400 ribu hingga Rp500 ribu. 

Anak-anak ini kemudian menyetor Rp90 ribu ke pengelola SAB. Setelah itu, jumlah tersisa dibagi rata berdasarkan jumlah anak-anak yang ikut mengarak.

Di SAB, Farel baru bergabung sejak Desember 2018 lalu. Sebelumnya ia bekerja untuk Sanggar Rifat Koperasi, yang bermarkas di Ciracas, Jakarta Timur.

Farel bukan satu-satunya anak-anak di SAB. Dari total 30 pekerja, sebagian besar adalah anak berusia di bawah 18 tahun. 

Saat berbincang dengan Farel, saya juga bertemu Aria (15), Teguh (16), Airil (14), dan Danar (16). Mereka tampak gembira dengan kedatangan saya. Aria dan Teguh masih bersekolah, sedangkan Airil dan Danar putus sekolah sejak SD.

Di antara mereka berempat, hanya Teguh yang sudah tak punya orangtua. Ia yatim-piatu dari Padang. Pada 2010, menyusul kematian ibunya, ia diboyong bapaknya dari Padang ke rumah kerabat di Jakarta.

Di ibu kota, Teguh dibesarkan oleh tante dari mendiang ibunya yang bekerja membuka toko percetakan.

Saat ini, di tengah-tengah kesibukannya mengarak ondel-ondel, ia bersekolah di salah satu SMA di Depok dan duduk di bangku kelas dua. Ia mengaku ikut mengarak ondel-ondel demi membantu keluarga tantenya.

"Biar saya mandiri, enggak tergantung sama tante. Kata tante, saya disuruh nerusin kerja di percetakan, aja. Tapi saya pengennya cari duit sendiri, tanpa bantuan tante," kata Teguh.

Berbeda dengan Teguh, Danar mengaku orangtuanya tak melarang ikut mengarak ondel-ondel. Sebelum bergabung di SAB, Danar sudah berpengalaman mengamen di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur.

Danar mengatakan sebagian penghasilannya selalu ia sisihkan untuk sang bapak meski ia tak pernah mendapatkan ucapan terima kasih.

"Dulu saya tinggal di Jatinegara. Di sana pergaulannya lebih kaget banget. Tahu, kan, Kampung Pulo? Ya, gitu: maen ngamen kerjaannya," kata Danar.


PUNDAK MERAH MERAH

Pada masa awal bergabung, masing-masing anak-anak ondel ini harus ditatar terlebih dahulu. Mereka diharuskan menggunakan kostum ondel-ondel ketika arakan. Dalam istilah mereka: ngebarong.

Di hari-hari pertama, pundak mereka dipastikan merah-merah karena harus memikul beban dari siang sampai malam. Menurut Bowo, pembimbing mereka, itu adalah tahap adaptasi yang harus dilalui para pekerja ondel-ondel di SAB.

"Pegang barongan pasti pundaknya pada pegel. Saya ngerasaian itu pegalnya minta ampun. Nih, merah-merah,” tutur Bowo yang dulunya juga mengarak ondel-ondel ke jalan-jalan sembari menunjuk pundaknya.

Bagi pekerja yang masih anak-anak dan belum punya tinggi memadai, akan dikenakan teknik barongan berbeda. Kepala mereka akan dillit dengan kain untuk memikul kerangka ondel-ondel. 

"Nih, kayak dia, nih, enggak nyampai di pundak [kostumnya], jadi taruh di kepala. Pakai kain diikat," ujar Bowo sambil menunjuk Farel yang cengengesan.


BANTAH EKSPLOITASI ANAK

Tommy Himawan (39), si empunya sanggar, mengaku mendirikan SAB karena ingin berkontibusi dalam pelestarian kebudayaan. Sebelumnya, ia adalah wirausahawan yang awam tentang kebudayaan. 

Tommy lantas melihat ondel-ondel sebagai peluang membuka lapangan pekerjaan. Ia pun menampik anggapan bahwa dirinya hanya ingin mencari keuntungan.

“Tujuannya bukan untuk komersil. Bukan. Sanggar ini rumah kedua mereka. Keluarga mereka pun harus tahu, enggak boleh sembunyi-sembunyi. Kalau orangtuanya enggak mengizinkan, saya juga enggak akan memperkerjakan,” kata Tommy.

Dari hasil arakan ondel-ondel anak-anak buahnya, Tommy mengumpulkan Rp5 juta hingga Rp6 juta setiap bulan. 

Tommy sendiri tak menampik adanya eksploitasi anak dalam bisnis ondel-ondel ini. Namun, di SAB, ia mengaku ingin melakukan sebaliknya.

Tommy punya pandangan sendiri soal anak-anak yang bekerja di sanggarnya. Baginya, anak-anak adalah mereka yang berumur di bawah usia pelajar SMA. Jika usia rata-rata pelajar kelas satu SMA adalah 16 tahun, maka yang tergolong anak-anak di mata Tommy adalah yang berusia 15 tahun ke bawah.

Dengan pengertian ini, Tommy menganggap hanya ada satu anak yang bekerja di sanggarnya.

"Kan, kita enggak boleh memperkerjakan anak kecil. Terkecuali, dia sudah tidak punya bapak ibu. Itu gimana? Terkecuali kayak Farel. Kalau menunggu uluran tangan dari orang kaya, kan, dia akan kerja jadi karyawan. Keperluan sehari-hari dia gimana kalau enggak jadi karyawan?” kata Tommy.

Tommy merasa sudah memenuhi hak-hak para pekerja anak di sanggarnya. Ia menyebut penghasilan rutin tiap karyawannya adalah Rp2 juta per bulan dan ia juga sediakan tempat tinggal gratis.

Terkait wacana pemerintah yang ingin menghentikan fenomena anak ondel, Tommy tak gentar. Ia justru yakin anak-anak ondel perlu diberi pekerjaan untuk bertahan hidup.

"Kalau saya dibawa ke pengadilan pun saya siap. Saya akan menyampaikan pandangan saya di situ. Kalau cari sanggar yang berengsek, boleh cek semua. Ada 99 persen. Untuk itu saya di sini," pungkas Tommy.

Menanggapi ini, Plt Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta Asiantoro mengatakan akan berkoordinasi dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LBK) untuk mencari jalan keluar. 

Asiantoro sendiri tak menyangkal temuan KPAI. "Kami bina agar ondel-ondel anak itu lebih baik, seperti kasih tempat, dan sebagainya. Kami juga berusaha," katanya.

WANITA DISABILITAS LEMAS TANPA BUSANA DI SEMAK SEMAK, DI DUGA DIPERKOSA GURU HONORER


Guru honorer berinisial PL di Tana Toraja , Sulawesi Selatan , tega memerkosa perempuan JPB yang merupakan penyandang disabilitas.

Lelaki berusia 40 tahun itu, memerkosa JPB yang berumur 36 tahun pada hari Minggu (30/12/2018), di semak-semak Desa Loka, Lembang Bau, Kecamatan Bonggakaradeng, Kabupaten Tana Toraja.

Kekinian, pelaku telah ditangkap aparat Polsek Bonggakaradeng. Penangkapan dipimpin langsung oleh Kapolsek Bripka Zamuel Panggeso dengan membawa 3 personel polsek.

"Menurut keterangan saksi, pelaku memperkosa korbannya penyandang disabitas di semak-semak. Kami sudah mengamankan pelaku berdasarkan bukti-bukti di lokasi,"Kata Bripka Zamuel Panggeso seperti dilansir Kabar Makassar, Jumat (4/1/2019).

Ia mengatakan, kasus ini terungkap berkat kesaksiaan ED yang menemukan JPB tergolek lemas tanpa busana di semak-semak.

ED lantas membawa JPB ke keluarga, karena diduga lemas habis diperkosa . Oleh keluarga, peristiwa itu diadukan ke polisi.

“Kami masih memeriksa secara intensif pelaku, untuk mendalami kronologis peristiwa itu,” kata Zamuel.

MODEL DEWASA YANG DITANGKAP BARENG VANESSA ANGEL ADALAH AVRIELLYA SHAQILA



Identitas model berinisial AS (sebelumnya ditulis AF) yang ditangkap bersama Vanessa Angel di salah satu hotel di Surabaya akhirnya terungkap. 

Kasubdit V Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Jatim AKBP Harissandi mengatakan model majalaj pria dewasa itu bernama Avriellya Shaqila

"Iya (Avriellya Shaqila)," ujar Harissandi terkait nama inisial model AS, Sabtu (5/1/2019).

Avriellya merupakan model majalah Popular dan FHM. Dia ditangkap pukul 12.30 WIB tadi dalam kasus dugaan prostitusi online. 

Saat melakukan aksinta, tarif AS dipatok yakni Rp 25 juta.

"Ini berbeda, dua orang ini berbeda. VA Rp 80 juta. Yang satu Rp 80 juta, dan satunya Rp 25 juta," kata Wadir Reskrimsus Polda Jatim AKBP Arman Asmara saat ditemui di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Sabtu (5/1/2019).

Baik Vanessa dan Avriellya saat ini masih berada di Mapolda Jatim untuk pemeriksaan lebih lanjut.

BEGINI JADINYA KALAU ORANG BISU BERANTEM, POLISI KEBINGUNGAN


Ada kejadian menarik yang dialami oleh Polsek Limbnoto Barat, Kabupaten Gorontalo (Kabgor). Yakni pada Kamis (03/01/2019) sekitar pukul 23.30 Wita, Mapolsek dipenuhi puluhan orang warga. Anehnya, puluhan warga yang datang tersebut ternyata adalah orang bisu alias tunawicara.

Hal ini sontak membuat anggota Polsek kebingungan. Pasalnya, dari bahasa tubuh yang disampaikan kepada anggota Polsek, telah terjadi perkelahian antara dua orang warga yang keduanya bisu. Personil mapolsek Limboto Barat kebingungan untuk memberikan penjelasan dengan menggunakan bahasa isyarat.

Hanya saja, pada saat itu masyarakat lainnya yang juga bisu berupaya untuk memberikan penjelasan untuk musyawarah saja. Bahkan Kapolsek Ipda Iwan M.F Kapojos,STrK turut memberikan peragaan bahasa isyarat, yang mana ditanyakan kepada kedua orang bisu, apakah mau ditahan dan masuk penjara?

Sontak saja, melihat peragaan bahasa isyarat Kapolsek yang turut memperlihatkan sel tahanan, membuat keduanya takut dan memilih untuk damai.

Kapolsek Limboto Barat, Ipda Iwan M.F Kapojos,STrK ketika diwawancarai menjelaskan, pihaknya kaget melihat ada puluhan masyarakat datang ke Polsek dan semuanya tidak bisa berbicara.

“Dari informasi yang kami terima, mereka (orang bisu) sedang buat acara di dekat Polsek Limboto Barat. Tiba-tiba saja, ada seorang warga yang memperlihatkan jari tengahnya kepada warga lainnya.  
Hal itu memancing emosi dan keduanya saling berkelah. Setelah itu, warga lain yang melihat hal tersebut langsung membawa keduanya ke Polsek untuk diselesaikan secara musyawarah,” jelasnya.

Ditambahkan pula, insiden tersebut tentu membuat pihaknya beserta anggota kebingungan, karena harus berhadapan dengan puluhan masyarakat yang tidak bisa bicara.

Meski demikian, mereka yang datang berprilaku baik dan mau untuk saling mendengarkan satu dengan lainnya, sehingga tidak terlalu mempersulit anggota dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

“Wah, saya pun kaget. Tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. Tapi, karena mereka pun tidak mau masuk penjara, akhirnya kedua masyarakat yang bertikai mau untuk musyawarah. Kami pun berharap insiden seperti ini tidak terulang kembali,” harapnya. 

TKN SINDIR SANDIAGA: JOKOWI AJAK KERJA, BUKAN BANYAK GAYA & RETORIKA


Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menanggapi pernyataan cawapres Sandiaga Uno soal kemajuan bangsa yang tak cukup jika hanya kerja, kerja, kerja. Timses Jokowi menilai rakyat sudah cerdas memilah mana pemimpin yang bekerja dan hanya beretorika.

"Masyarakat sudah cerdas dengan terbukanya informasi yang kemudian memudahkan mereka untuk menilai mana yang kerja beneran, mana yang hanya bergaya dan retorika semata," ujar Wakil Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf, Daniel Johan, saat dihubungi, Jumat (4/1/2019) malam.

Sandi bilang kerja saja tak cukup. Esensi paling penting adalah juga menumbuhkan ekonomi masyarakat.

Daniel melihat pernyataan Sandiaga itu bertolak belakang dengan apa yang sudah dicapai Jokowi. Menurutnya, capres nomor urut 01 itu sudah bekerja keras mengangkat ekonomi masyarakat.

"Presiden Jokowi jungkir balik kerja keras tanpa mengenal waktu, justru untuk mengangkat ekonomi masyarakat, itu yang dilakukan Pak Jokowi. Arahan Pak Jokowi jelas, kerja, kerja, kerja bahwa kita harus kerja secara cerdas, kerja keras, dan kerja tuntas. Jadi ajakan kerja, kerja, kerja dari Pak Jokowi itu beliau mengajak kita untuk fokus bekerja jangan terlalu banyak gaya dan retorika," tuturnya.

Senada dengan Daniel, anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, Achmad Baidowi, mengatakan Sandiaga seharusnya mengecek fakta di lapangan lebih dulu sebelum berbicara. Program Kabinet Kerja Jokowi, menurut dia, sudah jelas, yakni pemerataan ekonomi.

"Sebaiknya sebelum ber-statement, dilihat dulu kenyataan di lapangan. Orientasi pembangunan di era Kabinet Kerja adalah untuk pemerataan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan rakyat. 

Termasuk orientasi pembangunan yang tak lagi Jawa sentris tapi Indonesia sentris bertujuan untuk pemerataan pembangunan, termasuk pula kawasan 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan)," jelas Baidowi saat dihubungi terpisah.

Menurut dia, kinerja pemerintahan Jokowi sudah terbukti selama 5 tahun ini dari sektor infrastruktur. Karena itu, Sandiaga diminta tak asal bicara.


"Bisa dilihat perkembangan pembangunan selama lima tahun terakhir. Kalau dibilang pemerintah tidak hadir di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), lalu pembangunan itu dilakukan siapa? Janganlah menyebar hoax terus-menerus, kasihan masyarakat," kata Baidowi.

Sebelumnya, Sandiaga menyampaikan motivasi jika ingin menjadi milenial dan pengusaha yang sukses tak hanya cukup kerja, kerja, kerja. Hal itu disampaikan Sandiaga saat berkampanye di Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).

Di sana, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu bertemu dengan pengusaha milenial serta para penjual udang dan kepiting.

"Kaltara dan Tarakan punya potensi ekonomi yang luar biasa. Dari perkebunan, pertambangan, dan hasil bumi. Negara ini kaya. Harus dikelola dengan baik untuk kepentingan anak bangsa sendiri, bukan dinikmati oleh orang asing," terang Sandi di Warung Kopi Indra (Aseng), Kota Tarakan, Kaltara, Jumat (4/1).

"Jangan hanya kerja, kerja, dan kerja, tapi lupa esensi untuk membangun ekonomi masyarakat," imbuhnya.

PRESIDEN INGATKAN JAGA PERSUATAN MESKI BEDA PILIHAN POLITIK


Presiden Joko Widodo meminta warga tetap menjaga persatuan, kesatuan bangsa serta selalu rukun walaupun mempunyai pilihan politik yang tidak sama dengan orang lain.

Pernyataan dikemukakan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis.

Presiden mengungkapkan, negara Indonesia mempunyai penduduk yang cukup banyak hingga 260 juta jiwa yang hidup di 17 ribu pulau, tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Dengan banyaknya pulau tersebut juga menunjukkan kemajemukan dengan bermacam-macam dan berwarna-warni suku, agama, adat serta tradisi. Bahasa daerah juga semua berbeda.

"Inilah negara Indonesia. Hal seperti ini harus disadari. Kita diberi anugerah berbeda-beda, jangan sampai karena perbedaan ini dalam bermasyarakat jadi gesekan. Ini sudah hukum alam, sunatullahyang diberikan ke bangsa Indonesia," kata Presiden.

Presiden juga sadar setiap warga mempunyai pilihan berbeda. Bahkan perbedaan mencolok terjadi saat pesta demokrasi. Misalnya, pemilihan bupati, wali kota, gubernur, hingga memilih presiden. Namun Presiden meminta adanya perbedaan pilihan itu tidak menjadi putusnya rasa persaudaraan.

Ia meminta masyarakat tetap menjaga persatuan bangsa, memelihara persaudaraan dan memelihara aset bangsa ini. Adanya perbedaan justru diharapkan menjadi kesadaran tersendiri bahwa bangsa ini besar tapi tetap bisa satu.

Presiden juga mengungkapkan, Indonesia juga berbeda dengan negara lainnya. Ia pernah berkunjung ke Afghanistan. Di negara itu hanya ada tujuh suku, berbeda dengan Indonesia yang mempunyai 714 suku.

Di Afghanistan, antara suku satu dengan lainnya saling bertikai, sedangkan di Indonesia semua bisa saling rukun. Presiden prihatin dengan adanya pertikaian di Afghanistan. Akibat kejadian itu, banyak korban jiwa. Masyarakatnya juga hidup dalam ketakutan.

Bahkan istri dari Presiden Afghanistan juga mengungkapkan kepada dirinya bahwa perempuan di negara itu tidak berani mengendarai mobil sendirian karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan.

"Itu (Afghanistan) hanya tujuh suku, negara kita 714 suku. Oleh sebab itu, marilah pelihara bersama kerukunan, persaudaraan. Berbeda pilihan biasa, tidak apa-apa. Dilihat saja calon-calonnya, prestasinya dilihat saja, rekam jejaknya dilihat, visinya, dasarnya itu saja. Tidak usah ramai dengan tetangga, antar kampung," kata Presiden.

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja, salah satunya Kabupaten Blitar. Presiden meninjau saluran irigasi Lodoyo di Kelurahan Jegu, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, guna melihat hasil pekerjaan rehabilitasi di saluran tersebut.

Presiden juga meninjau proyek pengendalian banjir Kali Bogel, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.

Dalam kegiatan itu, sejumlah pejabat ikut serta seperti Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil.

Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Marsda TNI Trisno Hendradi, Staf Khusus Presiden Ahmad Erani, Komandan Paspampres Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, Gubernur Jatim Soekarwo dan sejumlah tamu undangan lainnya.

SANDIAGA: KELEMAHAN INCUMBENT, TAK MAU DEBAT SOAL PROGRAM & GAGASAN


Cawapres Sandiaga Uno meminta para relawannya untuk fokus menyebarkan program dan idenya bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Mengingat, kubu capres petahana Joko Widodo (Jokowi) enggan beradu program dan gagasan. 

Hal itu disampaikan Sandiaga dalam diskusi di acara Ngopi Digital Bersama Relawan Pride (Prabowo-Sandi Digital Team) di What's Up Cafe, Kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (3/1). Menurut Sandiaga, keengganan Jokowi beradu gagasan dengannya itu menjadi titik lemah sang petahana. 

"Mereka (Jokowi-Ma'ruf) tidak akan mau untuk berdebat masalah program, masalah gagasan, apalagi masalah janji-janji yang sudah ditepati karena itu merupakan kelemahan incumbent," ucap Sandi dalam pertemuan Prabowo-Sandiaga Digital Team (Pride), di Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (4/1/2019).

Sandiaga mengatakan, gagasan dan program yang dimilikinya bersama Prabowo jelas untuk membawa Indonesia ke perubahan yang lebih baik. Oleh sebab itu, dia meminta para relawan untuk fokus menebarkan gagasannya, khususnya di bidang ekonomi, daripada berdebat tentang hoax dan SARA. 

"Sudah tidak lagi kita jangan sampai terjebak dalam politik yang penuh hoaks apalagi SARA dan fokus di program. Karena pasangan nomor 02 punya gagasan dan ide untuk bawa Indonesia lebih baik," katanya.

"Karena itu pajang gagasan ekonomi program ide dan pencapaian sekarang. Siap? Pride tetap pada gagasan kita, gagasan semangat kita capai gagasan Prabowo-Sandi," imbuh Sandiaga.

Sandiaga juga meminta para relawan untuk memahami visi-misi paslon nomor urut 02 itu. Dia berharap para relawan ikut berpartisipasi dalam debat capres-cawapres saat dirinya dan Prabowo menyampaikan visi-misi. 

"Lima kali debat dimulai 17 Januari, Pride siap live twet. Buzz and share 7.000 (anggota) lumayan di seluruh indonesia," ucap Sandiaga.

"Setelah itu, jangan berhenti, jangan diam, terus bicarakan, gas pol setelah debat terus kumandangkan proyek-proyek yang dikumandangkan Prabowo-Sandi. Siap?" kata Sandiaga yang dijawab kesiapan peserta acara secara serentak.

KPU DESAK POLISI TANGKAP PENYEBAR HOAKS KONTAINER SURAT SUARA


KETUA Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mendesak kepolisian mencari penyebar informasi hoaks terkait ditemukan tujuh kontiner kertas suara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Kontainer yang berasal dari Tiongkok tersebut dikabarkan berisi puluhan juta surat suara yang sudah dicoblos. "Kami minta kepolisian untuk mencari pembuat rekaman suara, termasuk yang menulis informasi hoaks ini, untuk segera ditangkap," tegas Arief ketika memberikan keterangan seusai mengadakan pertemuan dengan pihak Bawaslu dan Bea Cukai di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (3/1) malam.

Arief menegaskan akan terus melawan pihak-pihak yang mendelegitimasi pemilu. 

Sebelumnya Komisioner KPU Pramono Ubaid juga membantah adanya isu ditemukannya tujuh kontainer berisi surat suara yang sudah tercoblos. Ia memastikan isu tersebut tidak terjadi.

Pramono menuturkan, saat ini proses pengadaan surat suara masih pada masa sanggah. Nantinya pada 7 Januari 2019 baru akan difinalisasi siapa perusahaan yang menang dalam tender tersebut. Sehingga pada saat ini seluruh surat suara masih belum diproduksi.

"Enggak ada (surat suara tercoblos-red), kan belum dicetak, dari mana surat suaranya. Lelang saja belum selesai. Pasti tidak ada, enggak mungkin. 

Dipastikan tidak ada surat suara yang saat ini keluar karena memang belum dicetak," ujarnya saat ditemui di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (2/1).

Isu tersebut awalnya muncul dari cuitan Andi Arief dalam akun twitternya pada pukul 20.05 WIB. Isinya, 'Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di tanjung priok. 

Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya. Karena ini kabar sudah beredar'. Namun saat ini twit tersebut sudah terhapus. (O-2)